Garis Besar Sejarah Yogyakarta
Jogjakarta, atau Yogyakarta, adalah salah satu daerah istimewa di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan kaya, dimulai dari era kerajaan Hindu-Buddha hingga masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Berikut ini adalah garis besar sejarah Yogyakarta:
1. Era Kerajaan Hindu-Buddha
- Yogyakarta memiliki hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa, terutama dengan Kerajaan Mataram Kuno yang berdiri sejak abad ke-8. Kerajaan ini terkenal karena meninggalkan banyak candi, termasuk Candi Prambanan dan Candi Borobudur, yang kini menjadi ikon budaya Indonesia.
- Kerajaan Mataram Kuno mengalami kejayaan di bawah raja-raja seperti Rakai Pikatan, tetapi kemudian berpindah ke Jawa Timur sekitar abad ke-10. Kepindahan ini disebabkan oleh letusan Gunung Merapi dan pertimbangan politik.
2. Kesultanan Mataram Islam
- Pada abad ke-16, Kesultanan Mataram Islam didirikan oleh Panembahan Senopati di bawah pengaruh dan dorongan dari Wali Songo. Mataram Islam mencapai kejayaan di bawah Sultan Agung yang terkenal sebagai pemimpin besar dan pengatur strategi militer.
- Namun, setelah Sultan Agung wafat, terjadi perebutan kekuasaan yang diikuti oleh campur tangan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). VOC berhasil memecah kerajaan menjadi dua melalui Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang membagi Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta di bawah Sri Sultan Hamengkubuwono I dan Kasunanan Surakarta.
3. Kasultanan Yogyakarta
- Setelah Perjanjian Giyanti, Yogyakarta berdiri sebagai kerajaan yang terpisah dengan Sri Sultan Hamengkubuwono I sebagai sultan pertama. Kesultanan Yogyakarta tumbuh sebagai pusat budaya, seni, dan ilmu pengetahuan.
- Keraton Yogyakarta menjadi simbol penting dalam sejarah dan budaya Jawa, di mana tradisi kesultanan terus dilestarikan hingga sekarang.
4. Peran Yogyakarta dalam Perjuangan Kemerdekaan
- Yogyakarta memainkan peran vital dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1946, ketika kondisi di Jakarta tidak aman karena agresi Belanda, ibu kota negara Indonesia sementara dipindahkan ke Yogyakarta.
- Sultan Hamengkubuwono IX, yang saat itu memimpin, mendukung penuh pemerintahan Indonesia dan bahkan menyediakan dukungan logistik serta moril bagi para pejuang.
- Pada 1 Maret 1949, terjadi Serangan Umum 1 Maret yang dipimpin oleh Letkol Soeharto dengan dukungan Sultan Hamengkubuwono IX. Serangan ini berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam dan membuktikan bahwa Indonesia masih memiliki kekuatan untuk melawan penjajah.
5. Status Daerah Istimewa Yogyakarta
- Setelah Indonesia merdeka, Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII menyatakan bahwa Yogyakarta akan bergabung dengan Republik Indonesia tanpa syarat. Sebagai balas jasa atas kontribusi tersebut, Yogyakarta diberikan status "Daerah Istimewa" pada tahun 1950.
- Status keistimewaan ini membuat Yogyakarta memiliki otonomi dalam pemerintahan, di mana posisi gubernur otomatis dipegang oleh Sultan Yogyakarta, sementara wakil gubernur dipegang oleh Adipati Paku Alam.
6. Yogyakarta Masa Kini
- Yogyakarta terus berkembang sebagai pusat budaya, pendidikan, dan pariwisata di Indonesia. Kota ini terkenal sebagai kota pelajar dengan adanya Universitas Gadjah Mada dan universitas lainnya yang bergengsi.
- Pariwisata juga menjadi sektor penting, dengan berbagai atraksi budaya, wisata alam, dan peninggalan sejarah seperti Candi Prambanan, Keraton Yogyakarta, dan kawasan Malioboro.
Yogyakarta hingga kini dikenal sebagai "Jogja Istimewa," tidak hanya karena status administratifnya, tetapi juga karena perannya yang besar dalam sejarah, seni, dan kebudayaan Indonesia.
No comments:
Post a Comment